Dua Poin Krusial yang Bisa Bikin Gagal
Banyak sekali praktisi berargumentasi menjelaskan tentang tingkat keberhasilan implementasi sistem budidaya pemeliharaan ayam dengan sistem kandang tertutup alias Closed House (CH). Dan amat sangat sedikit bahkan nyaris tidak ada yang dengan tegas memaparkan angka kegagalannya.
Demikian pandangan Ir. Dhanang Purwantoro, praktisi kandang tertutup / closed house yang ditemui secara khusus di kantornya daerah Jaranan, Bantul, Yogyakarta. Hal ini terkait dengan kenyataan dilapangan bahwa menurutnya, teknologi secanggih apapun jika berbagai unsur yang melingkupi operasional kurang berjalan dengan baik, maka sudah dapat dipastikan optimalisasi hasil tak akan tercapai.
10 tahun lebih mengekplorasi teknologi kandang modern itu, Dhanang banyak mendapatkan elemen penting. Setidaknya, kata Dhanang, bahwa teknologi se-canggih apapun, jika titik-titik penting kurang diperhatikan, maka akan tidak membuahkan hasil yang seperti seharusnya.
Beberapa Variabel Yang Sering Diabaikan
Dhanang pahami dan sangat mengerti bila ada beberapa praktisi yang mengaku kompeten dan ahli, namun ternyata lupa dan menganggap “sesuatu” yang penting justru diabaikan. Selama ini perdebatan tentang variabel yang paling berpengaruh terhadap kesuksesan aplikasi kandang tertutup / closed house sangatlah banyak dan bahkan dipandang sebagai kompleks di negeri beriklim tropis ini.
Variabel ketinggian tempat kandang berada sebagai yang paling utama. Selain itu model dan tipe kandang tertutup / closed house dianggap lebih penting. Bahkan tidak sedikit yang mengasumsikan bahwa jumlah dan titik lokasi/tempat alat pengatur kipas udara. Juga pendapat terakhir tentang arti penting dari jadwal bibit masuk dan pilihan musim.
Untuk selanjutnya, Dhanang yang kini masih terjun langsung dalam teknologi kandang tertutup / closed house dan juga masih aktif menggarap distribusi karkas ayam potong, memberikan penjelasan hasil pengalamannya selama ini. Menurutnya, bahwa berbagai macam variabel yang dijelaskankan oleh para praktisi itu tidaklah salah. Namun kurang fokus terhadap persoalan utama yang paling berpengaruh dalam optimalisasi, atau hasil akhir. “Hanya dua poin penting !.” tegas Dhanang.
Poin Pertama : Kualitas Bibit (DOC)
Poin pertama, adalah masalah kualitas bibit (DOC). Masalah ini sama sekali tidak ada yang berani membantah. Atas dasar hasil pergulatannya mendirikan, mengoperasionalkan, dan merawat sistem kandang kandang tertutup / closed house. terbukti nyata tingkat keberhasilan paling optimal dari hasil panen adalah berawal dari masalah kualitas bibit. Memang benar, kualitas bibit yang berada jauh di bawah standar baku jika dipelihara dengan sistem kandang tertutup / closed house juga akan memberikan keuntungan bagi peternak. Namun demikian, atas dasar pengalamannya beberapa periode menggunakan bibit yang berkualitas standar, terbukti mampu meraup hasil panen yang sangat memadai.
“Selama ini saya mengamati dan mencatat, bahwa kualitas bibit yang jauh di bawah standar, memang mampu memperoleh keuntungan. Meski demikian jika dibandingkan dengan bibit yang berkualitas, hasil yang diraup mampu menagguk nyaris dua kali lipatnya.” jelasnya.
Menurutnya, jika dipelihara dengan sistem konvensional, sudah dipastikan akan banyak ditemui hasil panen ayam yang tidak mampu tumbuh optimal, alias kerdil. Selain muncul kerdil, potensi sergapan aneka penyakit juga sangat sulit untuk dihadang.
Poin ini sudah ditelaah Dhanang salama bergelut dengan aplikasi teknologi kandang tertutup / closed house. Problema dalam mengatasi sergapan aneka penyakit juga menjadi sangat mahal biayanya. Sedangkan dengan closed house selain akan menekan prevalensi gangguan kerdil, juga menekan ancaman jenis penyakit yang lain. Oleh karena itu, persoalan kualitas bibit adalah yang paling krusial. Hal ini terkait dengan ketidakmampuan peternak untuk memilih dengan “bebas” bibit yang berada di pasar. Artinya, para peternak sangat tergantung pusokan bibit dari pabrik penghasil bibit (DOC). Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kontrol dari pihak yang berwenang terhadap hal itu masih dirasakan sangatlah kurang. Sehingga para peternak, hanya bisa pasrah.
Poin Kedua : Operator Kandang Tertutup (Closed House)
Kemudian poin kedua dan amat krusial adalah kualitas operator kandang tertutup / closed house. Sekali lagi Dhanang mengingatkan bahwa teknologi kandang tertutup / closed house adalah alat bantu. Sehingga aktor utama yang mempengaruhi dalam proses ini adalah manusia sebagai pelaksananya, biasa disebut operator.
Menurut Dhanang. ada asumsi yang kurang tepat bahkan keliru bahwa dengan menerapkan teknologi modern sistem kandang tertutup, maka akan mengurangi jam kerja dan juga jumlah tenaga kerja. Akan tetapi jauh memberikan tuntutan kerja yang lebih serius tekun dan rajin. Jumlah jam kerja memang benar akan berkurang, namun sangat berbeda sekali dengan ritme kerja yang selama ini sudah berjalan.
Realitas lapangan membuktikan bahwa, operator masih bekerja dengan jumlah jam kerja yang sama untuk tiap tenaga kerja, namun sangat jauh dari memadai dalam menjalankan alat mekanis yang menjadi tanggung jawabnya. Akibatnya, masalah ketekunan dan ketelitiannya jauh berkurang banyak. Akhirnya, banyak ditemui berbagai problema dalam pemeliharaan yang bersumber dari kurang tepat dan tidak bekerjanya alat-alat mekanis dalam mengatur situasi di dalam kandang. Contohnya, seperti alat pengatur suhu yang kurang bekerja secara baik, kipas penghisap dan pembawa udara yang terlambat berfungsi, juga kontrol alat pengatur pasokan pakan dan air minum.
Kesimpulan
Atas dasar hasil pengamatan dan catatannya selama ini bahwa kekurang-cermatan dan ketelitian dari kerja operator jika diberikan angka prosentase kontributif terhadap tingkat keberhasilan, mencapai 35%. Artinya, menurut Dhanang. bahwa kontribusi operator dalam menghasilkan panen ayam yang optimal cukup berperanan. Meskipun jika poin kualitas bibit memang jauh lebih tinggi. Kontribusi aspek kualitas bibit menurut hasil pengamatanya mencapai lebih dari 65%.
Menurutnya, bahwa memang dua poin itu sangat dominan sekali dan bahkan mampu mengabaikan unsur-unsur lainnya. Dengan catatan semua pedoman baku dikerjakan dengan baik dan benar.
Sumber : Infovet Edisi 284 Maret 2018