Peluang Meraup Untung Pasca Badai Siklon Tropis di Selatan Indonesia
Puncak musim hujan menurut prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan jatuh pada bulan Januari dan Februari 2018 mendatang. Ini artinya potensi dan prediksi letupan penyakit pada sistem pencernaan akan terjadi. Suatu jenis penyakit yang sangat sulit untuk diantisipasi sekaligus juga membawa peluang meraup untung besar yang sangat memadai jika mulai Desember 2017. Para peternak dapat bersiap diri dengan antisipasi keperluan yang cukup vital. Peluang meraup untung dengan langkah taktis yang paling penting ditempuh adalah dengan sesegera mungkin mencari dan menyimpan bahan pakan. Yang umumnya tidak tersedia dengan jumlah yang cukup dan selalu berkualitas kurang baik.
Hanya masalahnya apakah para peternak mau dan mampu menyimpan dengan baik persediaan pakan seperti jagung dan katul, sedangkan konsentrat dan atau pakan jadi sudah menjadi urusan feedmill. Problemanya adalah menyimpan dan mengelola bahan baku pakan, apakah para peternak sudah mampu ?
Penyimpanan Bahan Pakan
Ir Boedi Koesuma dan Ir Dhanang Purwantoro mengungkapkan terkait dengan prediksi persoalan usaha budidaya unggas di 2018 mendatang. Menurut Boedi, ada dilema yang dihadapi para peternak Indonesia sejak dulu sampai sekarang. Hal itu dikarenakan dukungan dana yang kurang memadai untuk menumpuk dan menyimpan, serta mengolah bahan pakan agar tetap awet dan bermutu.
Dari hasil pengamatan dan perbincangannya dengan para peternak, bahwa skala permodalan yang dianggap siap menampung, mengolah dan menyimpan bahan baku pakan sebagai bahan campuran konsentrat sangat tipis, dan umumnya itu digunakan sebagai cadangan jika terjadi lonjakan harga pakan jadi dan konsentrat, selain aspek lainnya karena anjlognya harga jual hasil panen.
Jika prediksi BMKG bahwa Januari dan Februari 2018 nanti merupakan puncak musim hujan, artinya diperkirakan pada April sampai Mei 2018 akan tersedia dengan cukup bekatul. “Sebaliknya ketersediaan jagung yang bermutu akan menjadi kecil volumenya. Sehingga potensi sergapan penyakit pernafasan sangat besar, begitu pula dengan wabah penyakit pencernaan”, jelas Boedi.
Kesiapan Sumber Daya Manusia
Sementara hal berbeda diutarakan oleh Dhanang. Ia menyatakan, soal biaya bukanlah menjadi kendala utama. Justru kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang bertugas mengelola dan mengolah bahan pakan sebelum disimpan. “Masalah utama penyimpan stock bahan pakan di luar konsentrat dan pakan jadi adalah ketersediaan SDM. Kalau yang berkait dengan struktur permodalan alias capital, tidak sedikit peternak yang mempunyai dana lebih dari mencukupi. Bahkan untuk membuat dan menyewa gudang penyimpanan bahan baku mereka masih sanggup”, kata Dhanang.
Peluang untuk meraup keuntungan dalam budidaya memang relatif lebih baik. Hanya saja mampukah struktur permodalan peternak dengan dukungan perbankan mengatasi. Dhanang melihat peluang besar (peluang meraup untung) untuk reborn atas kisah sedih sepanjang 2017 menjadi sebuah kesempatan yang harus direbut. “Mulai saat ini peternak harus mencoba menimbun, mengolah dan menyimpan bahan pakan, yaitu melatih sekaligus melakukan langkah tenaga kerjanya”, ucapnya.
Jika di masa lalu para peternak skeptis dan acuh tak acuh dengan teknologi kandang closed house, namun kini semakin banyak yang mengaplikasikan teknologi kandang tersebut. SDM yang adapun akhirnya juga mumpuni dan dapat mengoperasikan kandang closed house dengan hasil relatif baik. Jika dahulu peternak ragu akan kekuatan modal untuk investasi, namun toh kini semakin banyak peternak yang berpindah haluan dengan menerapkan teknologi kandang tertutup (closed house) untuk mendapatkan peluang meraup untung.
Sumber : Infovet Edisi 281 Desember 2017