Benarkah Closed House Menyimpan Segudang Penyakit ?
Memang di lapangan banyak muncul pertanyaan kritis oleh peternak yang sedang diperkenalkan tentang sistem pemeliharaan kandang tertutup atau Closed House. Mulai yang benar-benar mengkritisi system, gudang penyakit, itu sampai ke jenis pertanyaan yang cenderung menyesatkan.
Demikian paparan Ir Dhanang Purwantoro ketika tulisan Infovet edisi Maret 2012 yang lalu mengupas tentang Closed House dan banyak muncul perasaan skeptis dari yang belum menerapkan sistem itu.
Beredar informasi menyesatkan bahwa Closed House menjadi sarang aneka penyakit bagi kawasan sekitar, juga tentang aneka penyakit jamur yang tumbuh subur di kawasan sekitar dan bahkan ada informasi tentang tingginya kasus penyakit pernafasan dan penyakit lain yang penularannya melalui udara.
Dengan ringan Dhanang menjawab aneka keraguan yang belum menerapkan itu dengan mengajaknya berkunjung dan bertanya langsung yang sudah menerapkan sistem itu. Para peternak yang sedang berminat dan belum mengaplikasikan sistem itu dipersilakan bertanya langsung kepada peternak lain yang sudah menerapkannya.
Hasilnya berupa tanggapan yang memang beraneka ragam. Ada yang langsung memutuskan untuk mengaplikasikan dan ada yang masih terus berfikir ulang. Namun demikian mayoritas yang berminat akan dengan mantap untuk segera menerapkan sistem itu. Sebuah keraguan adalah hal yang biasa dialami oleh pelaku bisnis termasuk peternak. Sebab dengan keraguan akan muncul banyak pemikiran dan pertimbangan sehingga akhirnya dibuatlah sebuah keputusan.
Jika saja Closed House masih banyak persoalan dengan penyakit dan juga dengan hasil / produktifitas, maka tentu saja Closed House sudah tidak akan lagi diaplikasikan dan berhenti dalam pengembangan dan penyempurnaan. Buktinya bahwa sistem Closed House di luar negeri menjadi keharusan dan di Indonesia sendiri, hingga saat ini terus berkembang dan menjadi pilihan para peternak yang cerdas dan ingin meraih keuntungan berlipat.
“Kalau memang Closed House menjadi masalah baru dalam sistem pemeliharaan ayam, maka sudah pasti tiada lagi pengembangan dan penyempurnaan sistem itu, bahkan tidak ada lagi yang membuat peralatan pendukung untuk sistem itu. Namun buktinya, justru model dan bentuk peralatan pelengkap untuk Closed House terus diperbarui dan terus disempurnakan oleh para produsennya. Ini bukti nyata bahwa Closed House bukan menjadi biang munculnya aneka penyakit” ujar Dhanang dengan tegas, menolak sinyalemen yang salah.
Dhanang memang mengakui, banyak penawaran pembuatan Closed House yang diterima oleh para peternak di Indonesia, dengan tidak jelas jejak rekam perusahaannya. Kandang yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit itu, meskipun mampu memberikan peningkatkan produktifitas, ternyata ada yang tidak sepadan dengan nilai investasinya. Hal itu menurut Dhanang oleh karena ada segelintir perencana dan pembuat konstruksi kandang Closed House yang tidak menerapkan layanan lengkap atau paripurna. Antara perencana dan penyedia perlengkapan Closed House tidak satu atap, sehingga akan menghasilkan kandang sistem Closed House yang asal-asalan. “Jika perencana dan equipment untuk kandang Closed House tidak kualified, maka hanya akan menghasilkan kandang Closed House “ecek-ecek” dan barangkali benar jika kemudian banyak aneka penyakit dan gangguan pertumbuhan pada ayam-ayamnya” tegas Dhanang.
Sepertinya Dhanang memang berniat menyanggah pendapat yang salah tentang sistem kandang tertutup, maka kepada Infovet ditawarkan untuk melihat sendiri di lapangan akan hasil yang diperoleh para peternak yang sudah mengaplikasikan Closed House. Memang benar adanya, bahwa ada beberapa konstruksi Closed House yang asal-asalan, meski equipment yang digunakan berkualitas relative bagus. Akhirnya memang kurang optimal, alias tidak setara dengan nilai investasi pembuatan kandang Closed House. Sedangkan pada Closed House dengan disain konstruksi dan equipment yang sesuai rekomendasi pembuat peralatan, akan diperoleh hasil yang sungguh mencengangkan.
Bahkan ketua APAYO Drh Hary Wibowo, dengan nada berkelakar bahwa jika Closed House sudah banyak menjadi pilihan peternak, akan mengancam para peternak skala menengah seperti dirinya.
“Kalau Closed House sudah banyak diterapkan oleh para peternak, maka tidak perlu ada lagi model kemitraan, karena hasil pemeliharaan dengan sistem itu mampu memelihara dalam jumlah banyak dalam satu kandang dan irit tenaga kerja. Sedangkan model kemitraan, sampai saat ini lebih cenderung memberi kesempatan peluang usaha kepada para peternak skala gurem” jelasnya.
Berkaitan dengan intensitas gangguan kesehatan atau serangan penyakit pada kandang Closed House, menurut Hary, memang harus diakui menjadi sangat minimalis. Artinya problema penyakit yang sering menjadi masalah pada sistem terbuka, akan dipangkas pada titik terkecil dan sebaliknya produktifitas akan mencapai titik maksimal. Hal yang sama ditekankan oleh Dhanang, bahwa Closed House akan membuat produktifitas ayam mencapai titik optimal, dengan resiko gangguan kesehatan atau serangan penyakit sangat rendah sekali.
Di samping itu, memang harus diakui pula, bahwa tingkat keseragaman pertumbuhan dapat terjaga dengan baik. Namun dengan catatan jika Closed House dibuat dengan aturan yang benar. Disain dan equipment yang ditawarkan oleh Dhanang, memberikan jaminan akan hasil yang memuaskan. Dan bahkan ia mengklaim sebagai perencana dan pelaksana pembuatan Closed House yang terbaik di Indonesia sampai saat ini.
Infovet yang melihat dan membuktikan di lapangan pada kandang Closed House hasil pekerjaan Dhanang, bahwa aspek uniformitas / keseragaman pertumbuhan nyaris mencapai 95% atau jauh di atas rata-rata keseragaman pertumbuhan pada sistem kandang terbuka yang hanya mencapai 65-75% saja. Dan dari hasil recording / catatan harian, terlihat sekali tingkat mortalitas yang sangat rendah sekali dan bahkan nyaris total dalam periode pemeliharaan selalu di bawah 1%. Sebuah angka yang selalu dinanti dan diharapkan oleh para peternak. Memang harus diakui, bahwa meski secara kasat mata terlihat, bahwa begitu padat dan rapat populasi ayam dalam suatu kandang, namun ternyata ayam sangat nyaman dan tidak terlihat sedikitpun ayam terganggu dalam bernafas maupun gerakannya. Inilah yang dimaksud dengan efisiensi ruangan dan kenyamanan.
Selanjutnya terkait dengan informasi adanya gangguan penyakit yang berasal dari Jamur dalam pakan dan penyakit CRD kompleks, Dhanang menyanggah dan menjelaskan akan sinyalemen itu. Memang tidak salah jika sinyalemen akan munculnya penyakit itu pada kandang Closed House, namun itu terjadi umumnya pada kandang Closed House yang konstruksinya ecek-ecek. Mengapa bissa terjadi demikian ?. Oleh karena umumnya, kandang Closed House yang dibangun tidak sesuai dengan disain yang benar, justru akan menjadi masalah bagi ternak yang berada di dalamnya. Kasus penyakit oleh karena jamur yang terjadi pada Closed House ecek-ecek, lebih disebabkan mekanisme penyimpanan dan pengelolaan pakan yang tidak baik. Pada Closed House yang baik, lanjut Dhanang, tempat utama pakan / silo, ada treatment pakan sebelum di alirkan ke tempat-tempat pakan pada kandang. Sehingga potensi terjadi kontaminasi agen infeksi jamur relative akan sangat kecil terjadi. Begitu juga dengan tangki penyimpan air minum yang selalu rutin mendapatkan treatmen, maka akan diperoleh air minum yang sangat hygienis. Jadi Closed House konstruksi yang ditawarkan Dhanang dengan tempat pakan dan minum yang serba otomatis.
Selain itu, sistem pengatur udara yang bersifat otomatis dan didukung mega blower keluar / exhaust fan yang penempatannya selalu diperhitungkan dengan matang, maka potensi gangguan penyakit CRD ataupun penyakit pernafasan lainnya, akan sangat kecil terjadi. Penempatan mega blower yang asal pasang, tidak sesuai dengan seharusnya, maka tidak akan mampu memberikan kenyamanan ayam yang berada di dalam. Mega blower tidak hanya berfungsi untuk membantu mengatur suhu udara di dalam kandang saja, namun juga berfungsi membuang gas amoniak dan sulfida yang menjadi gas iritans pada sistem pernafasan ayam. Dengan demikian, efek buruk gas iritans itu tiada akan merusak kesehatan ayam. Sebab gas itu menjadi pemicu awal munculnya gangguan pernafasan yang disebabkan oleh agen penyakit virus, mycoplasma maupun bakteri serta jamur.
Pada kandang Closed House ‘ecek-ecek’ sering justru kasus penyakit CRD maupun mycotoxin, memang menjadi masalah serius setelah kasus penyakit konvensional lainnya mampu ditekan. Hal itu jelas sekali oleh karena penempatan dan penataan alat pengatur suhu ruangan yang salah dan atau kurang tepat. Juga oleh karena pengatur suhu ruangan yang tidak bersifat otomatis. Mestinya jika mau menerapkan Closed House, maka semua haruslah bersifat otomatis, dengan mengurangi kontak sekecil mungkin pekerja dengan ayam.
Kasus penyakit CRD ataupun penyakit lainnya yang penularannya lebih cenderung melalui udara, pada kandang sistem Closed House akan dapat ditekan sekecil mungkin. Namun dengan syarat, bahwa disain dan konstruksi Closed House harus sesuai dengan rekomendasi termasuk peralatan yang digunakan.
(Sumber : Infovet, 2012)
One comment
Pingback: Benarkah “Closed House” Menyimpan Segudang Penyakit ? | Dhanang Closed House